Rabu, 28 Oktober 2015

cara mendownload video di youtube tanpa IDM

alangkah sedihnya jika kita ingin mendownload video tapi ga punya IDM, jangan khawatir sobat. kini saya punya trik ampuh. caranya adalah dengan menambah ss di depan kata youtube di bagian atas, saya gak tau namanya .wkwkwk
oke semoga informasi ini dapat berguna untuk anda semuanya, ingat, download video yang jangan mengandung unsur porno, gunakan dengan bijak. terimakasih, goodbye

sejarah bahasa ngapak

Ora lah, jere sapa , aja kaya kuwe, enyong, madang, kepriwe, kencot, dll adalah sebagian kosakata unik dialek Ngapak. saya penasaran dengan asal-usul bahasa ngapak yang biasa di pake oleh warga yang menggunakannya. Kalau Anda belum tahu dialek Ngapak, dengarlah cara bicara Parto Patrio atau Cici Tegal. Dialek Ngapak ini mempunyai ciri khas dengan akhiran kata “a” tetap dibaca “a” bukan “o” , Contohnya: Sapa (Ind: Siapa) tetap dibaca Sapa. Selain itu akhiran kata “k” dilafalkan “k’’ yang mantap. Dialek Ngapak ini meliputi wilayah setengah provinsi Jawa Tengah (Cilacap, Tegal, Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Banjarnegara, sebagian Wonosobo, Pemalang, sebagian Pekalongan), Cirebon, Indramayu, sebagian daerah Banten (Utara),. Saya dari kecil sudah menggunakan bahasa ngapak tetapi belum tahu sejarahnya, parah abis. kesimpulan mengenai bahasa Ngapak antara lain:
  •  Dialek Ngapak ini berhubungan dengan asal-usul orang Banyumas yang berasal dari Kutai yang kemudian mendirikan Kerajaan Galuh Purba. Kerajaan Galuh ini berdiri sebelum kerajaan Mataram Kuna. Menurut sejarah, Kerajaan Galuh adalah wilayah merdeka. Oleh sebab itu, saat itu wilayah Galuh disebut sebagai mancanegara oleh orang-orang Kerajaan Mataram. Kemungkinan karena inilah dialek Ngapak bebas dari pengaruh dialek “Mbandhek” / Jawa Wetanan.
  •  Dialek Ngapak ini diindikasikan sebagai bahasa Jawa yang masih terdapat unsur Bahasa Sansekerta. “Bhineka Tunggal Ika” merupakan salah satu contoh bahasa Sansekerta dengan akhiran tetap dibaca “a” sebagaimana dialek Ngapak.
  • Dialek Ngapak merupakan identitas kebudayaan suatu daerah yang bebas dari budaya feodalisme dan budaya asli yang bebas dari pengaruh rekayasa politik (Kerajaan). Hal ini dapat dilihat dari karakter khas orang Banyumas yang egaliter dan blakasuta (blak-blakan).
Berikut ini adalah detail penjelasan mengenai bahasa Ngapak.

Asal Usul Bahasa Ngapak

Masjid Agung Purwokerto Tempo Dulu

      Asal usul dialek Ngapak tidak terlepas dari sejarah asal usul orang Banyumas. Setelah ditelusuri lewat Wikipedia, nenek moyang orang Banyumas berasal dari Kutai, Kalimantan Timur pada masa pra-Hindu. Berdasarkan catatan Van Der Muelen, pada abad ke-3 sebelum Masehi pendatang tersebut mendaratdi  Cirebon kemudian masuk ke pedalaman. Sebagian menetap di Gunung Cermai dan sebagian lagi menetap di sekitar lereng Gunung Slamet serta lembah sungai Serayu. Pendatang yang menetap di gunung Cermai selanjutnya mengembangkan peradaban Sunda. Sedangkan pendatang yang menetap di sekitar gunung Slamet kemudian mendirikan kerajaan Galuh Purba. Kerajaan Galuh Purba diyakini sebagai kerajaan pertaman di Pulau Jawa dan keturunannya menjadi penguasa-penguasa di kerajaan Jawa selanjutnya.
Kerajaan Galuh Purba berdiri pada abad ke-1 Masehi di Gunung Slamet dan berkembang pada abad ke-6 Masehi dengan kerajaan-kerajaan kecil diantaranya:

  •       Kerajaan Galuh Rahyang lokasi di Brebes, ibukota di Medang Pangramesan.
  •      Kerajaan Galuh Kalangon lokasi di Roban, ibukota di Medang Pangramesan.
  •       Kerajaan Galuh Lalean lokasi di Cilacap, ibukota di Medang Kamulan.
  •       Kerajaan Galuh Tanduran lokasi di Pananjung, ibukota di Bagolo.
  •      Kerajaan Galuh Kumara lokasi di Tegal, ibukota di bagolo.
  •       Kerajaan Pataka, lokasi di Nanggalacah, ibukota di Pataka.
  •       Kerajaan Galuh Imbanagara lokasi di Barunay (Pabuaran), ibukota di Imbanagara.
  •       Kerajaan Galuh Kalingga lokasi di Bojong, ibukota di Karangkamulyan.
Kerajaan Galuh Purba mempunyai wilayah kekuasaan yang lumayan luas, mulai dari Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kedu, Kebumen, Kulonprogo, dan Purwodadi.

Berdasarkan prasasti Bogor, karena pamor kerajaan Galuh Purba menurun (kalah pamor dynasti Syailendra di Jawa Tengah yang mulai berkembang) kemudian ibukota kerajaan Galuh Purba pindah ke Kawali (dekat Garut) kemudian disebut Kerajaan Galuh Kawali.

Pada masa Purnawarman menjadi Raja Tarumanegara, kerajaan Galuh Kawali menjadi kerajaan bawahan Tarumanegara. Pada saat Tarumanegara diperintah oleh Raja Candrawarman, kerajaan Galuh Kawali kembali mendapatkan kekuasaannya kembali. Pada masa Tarumanegara diperintah oleh Raja Tarusbawa, Wretikandayun (raja Galuh Kawali) memisahkan diri (merdeka) dari Tarumanegara dan mendapat dukungan dari Kerajaan Kalingga, kemudian menjadi Kerajaan Galuh dengan pusat pemerintahan Banjar Pataruman. Kerajaan Galuh ini yang kemudian berkembang menjadi Kerajaan Pajajaran  di Jawa barat.
Meskipun dalam perkembangannya Kerajaan Galuh Purba berkembang menjadi Kerajaan besar yaitu Kalingga di Jawa Tengah dan Galuh di Jawa Barat, hubungan keturunan Galuh Purba tetap terjalin dengan baik dan terjadi perkawinan antar Kerajaan sehingga muncul Dinasti Sanjaya yang kemudian mempunyai keturunan raja-raja di Jawa.

Berdasarkan kajian bahasa yang dilakukan oleh E. M Uhlenbeck, 1964, dalam bukunya: “A Critical Survey of Studies on the Language of Java and Madura”, The Hague: Martinus Nijhoff, bahasa yang digunakan oleh “keturunan Galuh Purba” masuk ke dalam Rumpun Basa Jawa Bagian Kulon yang meliputi: Sub Dialek Banten Lor, Sub Dialek Cirebon/Idramayu, Sub Dialek Tegalan, Sub Dialek Banyuma, Sub Dialek Bumiayu. Dialek inilah yang biasa disebut dengan Bahasa Jawa Ngapak.
(Sumber: Babad Banyumas diterjemahkan oleh 
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa_Banyumasan)
Bahasa Ngapak Representasi Budaya Egaliter

Bagong, simbol Banyumas

Menurut sejarah, perkembangan bahasa Jawa menjadi berbagai tingkatan (Ngoko, Kromo, dan Kromo Inggil) merupakan produk budaya yang dipengaruhi oleh situasi/kondisi politik pada masa itu (Mataram).  Kemungkinan karena posisi Banyumas diantara Sunda dan Mataram menjadikan bahasa Banyumas lebih netral/bebas dari pengaruh Mataram. Menurut Ahmad Tohari (Budayawan Banyumas), secara historis bahasa Jawa Banyumasan merupakan turun lurus (vertikal) dari bahasa Jawa Tengahan/Kawi. Sedangkan bahasa Jawa Anyar logat Yogyakarta dan Surakarta merupakan turun menyamping (horisontal).
                                                                                                                                                                            Keegaliteran ini dapat dilihat dari karakter orang Banyumas yang Blakasuta (blak-blakan) yaitu apa adanya, tanpa basa-basi. Menurut, Priyadi (2000) budaya masyarakat Banyumas yang tercermin dalam bahasa Jawa Dialek Banyumasan adalah budaya tanggung atau marginal. Artinya dalam mengadopsi budaya Jawa dan Sunda sama-sama dangkal. Oleh karena itu, masyarakat Banyumas tidak lagi mempedulikan status sosial di masyarakat (ningrat/priyayi). Manusia Banyumas lebih suka menggalang sikap kesetaraan yang bersifat universal. Etika di masyarakat Banyumas dibangun atas dasar etika kemanusiaan yang dapat memunculkan kekuatan solidaritas Banyumas yang membedakan antara Jawa-Banyumas dan Jawa lainnya. Keegaliteran manusia Banyumas melahirkan prinsip kerukunan dijunjung tinggi dengan filosofisnya yakni ungkapan tenimbang pager wesi, mendhingan pager tai sehingga melahirkan prinsip aman dan tenteram. Hidup bertetangga berarti saling menjaga rasa aman dalam kehidupan kolektif. Sikap egaliter itu akan menjauhkan setiap individu dari sikap feodalisme yang menempatkan kedudukan, pangkat, dan harta sebagai kiblat hubungan sosial. Oleh karena itu, ungkapan orang desa seperti ngisor galeng, dhuwur galeng dijunjung tinggi. Masyarakat Banyumas mempunyai keyakinan bahwa semua makhluk hidup di mata Tuhan memiliki kedudukan yang sama. Namun, di lain sisi, etika kesetaraan juga telah membentuk masyarakat Banyumas yang menonjolkan sikap-sikap suka bercanda, berbicara tanpa memandang siapa yang diajak bicara, dimana berbicara, kapan berbicara. Priyadi (2000:12) menyebut dengan istilah berbicara secara penjorangan, semblothongan, atau glewehan yang berlebihan sehongga batas etika diabaikan demi suatu keakraban dengan orang lain sesama orang Banyumas. Oleh sebab itu, sering kita jumpai hubungan Banyumas antara orang yang lebih tua dengan yang lebih muda seperti hubungan pertemanan yang jarang dijumpai di daerah Jawa Wetan. (Sumber:http://baturraden.info/item/bahasa-banyumasan.html dan http://www.ki-demang.com/kbj5/index.php?option=com_content&view=article&id=1276&Itemid=1086)
Bahasa Ngapak dianggap Lucu atau Bahasa Rendahan
Karakter orang Banyumas yang egaliter merupakan sisi positif sehingga jarang kita temui orang Banyumas yang merendahkan/mengolok-olok bahasa atau dialek orang lain. Mungkin justru sebaliknya karena sikap feodalisme sebagian orang Jawa menganggap dialek bahasa Jawa Ngapak sebagai bahasa yang lucu dan rendahan. Ada pandangan stereotip yang menganggap sebagian besar generasi muda Banyumas merasa inferior (rendah diri) ketika menggunakan bahasa Ngapak. Hal ini bisa dilihat bagaimana bahasa yang digunakan oleh orang Banyumas saat berinteraksi dengan orang Jawa Wetan. Kalau tidak menyesuaikan diri dengan membandhekan ke-ngapakannya dipastikan menggunakan bahasa Indonesia dalam berinteraksi dengan orang yang berbahasa Jawa Wetan. Menurut saya, ini bukanlah suatu hal yang negatif tetapi sebagai bentuk adaptasi orang Banyumas dengan orang dialek bahasa lain. Oleh sebab itu, sering saya temui orang Banyumas di Jakarta menggunakan dialek Betawi, orang Banyumas di Yogyakarta menggunakan dialek Mbandhek, dan ketika bertemu dengan orang sesama Banyumas kembali menggunakan bahasa dialek Ngapaknya. Justru suatu hal yang buruk jika sesama orang Banyumas berdialog dengan tidak menggunakan dialek Ngapaknya. Oleh sebab itu, saya menyarankan kepada generasi muda Banyumas untuk melestarikan dialek Ngapak dengan menggunakan dialek Ngapaknya saat ngobrol dengan sesama orang Banyumas. Selain itu, kepada sebagian orang yang menganggap dialek Ngapak sebagai bahasa Lucu atau Rendahan mari kita saling menghargai kebudayaan orang lain. (Sumber:http://kem.ami.or.id/2011/08/mempertahankan-bhineka-di-depan-tunggal-ika/).


keunikan orang kebumen


               Selamat pagi salam sejahtera buat kita semua. Saya sebagai orang kebumen bangga terhadap ketiadaan ciri khas yang melekat di kebumen seperti makanan khas, lagu daerah dll. Serasa kota intel yang semuanya di rahasiakan,wkwkw. Layaknya orang kebumen saya akan melakukan pembelaan dan pembanggaan kota terhadap kelebihan kebumen yang tidak terlalu banyak, menumpuk terpendam terlalu dalam, menjadi fosil dan sampai sampai belum ada yang menemukan. 

              Sebenarnya ada ciri khas yang unik dari kebumen dan cocok untuk mencari calon istri atau suami bukan untuk calon pacar saja. Karena ada faktor faktor tertentu yang tidak di miliki orang luar kota, seperti, seperti ? seperti apa yah ? tuh kan ga ada ciri khas. Yang tau nanti koment aja ya. Saya harus mencoba memeras otak untuk menulis ini dan mungkin banyak spekulasi yang harus jauh dari kata jujur. Tanpa basa basi lagi, coba simak kelebihan orang orang kebumen beriman :

1. Bahasa ngapak
Bahasa ngapak memang di anggap kurang berkelas di khalayak ramai. Tapi ingat, tidak semua orang menganggap bahasa yang murahan, jutru ada yang menganggap itu lucu dan unik. Pengalaman saya sewaktu di kampung inggris, pare,kediri di sana saya di juluki pemegang aksen ngapak. Selain british dan amerikan ternyata masih terdapat aksen yang lain seperti ngapak aksen. Seperti together di baca idham atau agak mendengung di besar besarkan pada bagian gethernya, atau stok city di baca setok siti, skor di baca sekor. Mungkin karena kebumen menganut”mendem jero njunjung duwur”  jadi dalam bahasa inggris pun sulit untuk menyesuaikan. Mungkin pare mahasiswa dari kebumen juga awalnya masih pake bahasa ngapak dan tidak banyak teman temannya yang tertawa geli.

2Tampil natural
Manusia kebumen cenderung tampil sederhana, apalagi kalau dia seorang yang fokus untuk masa depan, wah, penampilan nomer 5 tapi bagi ABG yang mencari pasangan mungkin berdandan agak wow tapi tidak se wow orang kota kota gede lain. Faktor yang mempengaruhi orang kebumen tampil sederhana adalah lingkungan. Contohnya cewek, jarang sekali cewek kebumen menggunakan make up saat hari hari biasa, paling cewek yang kerja di rita, atau toko mantep yang di bagian kosmetik, orang lewat depan situ sampe batuk batuk, gara gara bedak berterbangan di mana mana. Cewek kebumen merasa malu menggunakan make up yang over banget karena nanti terlihat menonjol dan beda dari sekitarnya. Mungkin di kota besar seperti bandung dan jakarta sudah menjadi kebiasaan, tapi di kebumen ? ngisin ngisini !  jadi kesimpulannya cewek kebumen cantik natural jika di lihat langsung, tapi kalau udah masuk foto di facebook itu udah di tolong sama photo editor. Sing sabar cah nek raimu elek, nrimo wae !

3. Sabar dan tabah
Orang kebumen sangat kuat menghadapi tempaan hidup, terutama kalau dia merantau. Di perantauan kita bisa bertemu banyak orang dari lain kota tapi jangan melakukan pertanyaan ekstrim seperti saya
“ dari mana bro ?’’  si orang samping gua
“ dari kebumen “ jawab gua
“ kebumen itu pulau jawa atau luar jawa ya ?
Maklum lah, dia orang bogor
 “ jawa tengah bro, coba cari di google deh” agak jengkel
Oke, buat apa nyari di goole ? emang ada yang khas ya ?
Saya bingung njawabnya, saya pergi ke mushola, saya istighfar 1500X

4Multitalenta
Menurut sepengamatan saya, orang kebumen itu sangat multitalenta yang mungkin mereka malu untuk mengeluarkannya. Saya yakin sekali orang kebumen bisa menjadi hebat jika mau lebih keras dalam berfikir dan bertindak, tidak hanya hangat hangat tai ayam.

Saya pernah membaca artikel di internet tentang kebumen yang sedang mencari jati diri, pemerintah daerah sudah membantu secara materi tetapi lagi lagi kebumen terperosok jauh dari kata populer, jangankan populer, tahu nama kebumen aja sudah alhamdulillah. Kota ini miris sekali layaknya seorang pria ganteng yang hanya bisa menjalankan hidupnya seperti biasa tanpa ada seorang pun yang mengenalinya, terutama cewek. Kasusnya sama, karena dia belum nenunjukan jati dirinya, ini loh yang unik dari diriku. Tapi apa daya, kita sebagai generasi muda, ayo bangun kota kita dan banggakan kota kita, jangan jadi orang bodoh yang selalu menjadi biasa tanpa punya sesuatu yang di banggakan !
Semoga artikel ini bisa berguna, terimakasih.